Indonesia tengah bergerak cepat menuju masyarakat tanpa uang tunai, dan sistem pembayaran QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) menjadi pemain terdepan dalam inovasi ini. Sistem revolusioner ini memungkinkan pembayaran digital yang cepat, mudah, dan aman menggunakan kode QR.
Dalam kurun waktu 4 tahun lebih sejak kemunculannya, pihak merchant (terutama dari sektor e-commerce) telah menjadi garda terdepan yang merasakan bagaimana QRIS dapat mempermudah transaksi keuangan dengan para pelanggannya. Namun, tahukah Anda bagaimana dinamika kehadiran QRIS dan apa saja pengaruhnya terhadap bisnis di Indonesia? Simak artikel ini!
Baca Juga : Pahami Konsep Pembayaran Virtual Account
Sejarah Perkembangan Sistem Pembayaran QRIS
QRIS adalah sistem pembayaran digital yang diluncurkan oleh Bank Indonesia (BI) pada tahun 2019. QRIS menandakan era baru dalam sistem pembayaran Indonesia, menyatukan berbagai macam QR Code dari berbagai Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) menjadi satu standar QR Code nasional.
Sebelum adanya QRIS, terdapat berbagai macam QR Code dari berbagai PJSP, yang membuat proses pembayaran menjadi rumit dan tidak efisien. Untuk mengatasi hal ini, BI menginisiasi QRIS sebagai solusi interoperable QR Code yang dapat digunakan oleh semua aplikasi pembayaran digital di Indonesia.
Secara sederhana, linimasa perjalanan QRIS hingga saat ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Tahun 2019: QRIS diluncurkan secara resmi oleh BI. Di tahun ini, pembayaran hanya diinisasi oleh pelanggan saja yang dikenal dengan sebutan Customer Presented Mode (CPM).
Tahun 2020: BI memperluas QRIS untuk pembayaran di sektor transportasi, pariwisata, dan e-commerce.
Tahun 2021: BI meluncurkan QRIS Cross-Border untuk pembayaran di luar negeri.
Tahun 2022: BI meluncurkan QRIS Merchant Presented Mode (MPM) untuk pembayaran yang diinisiasi oleh pedagang.
Pengaruh QRIS terhadap bisnis di Indonesia
Sejak awal kemunculannya, QRIS hadir untuk menjawab tantangan efisiensi terhadap transaksi jual beli antara pelaku bisnis dan pelanggan. Beberapa pengaruh positif dari kehadiran QRIS ini ialah:
1. Menjangkau Lebih Banyak Pelanggan
QRIS memperluas cakupan metode pembayaran bagi pelanggan sehingga dapat meningkatkan potensi penjualan dan pangsa pasarnya. Layanan transaksi tanpa uang tunai ini juga memungkinkan pelanggan untuk tidak membawa uang tunai atau kartu debit/kredit sehingga pembayaran menjadi lebih efektif dan efisien.
2. Meningkatkan Kredibilitas Usaha
Penggunaan QRIS menunjukkan bahwa pemilik bisnis mengikuti perkembangan zaman dan teknologi. Hal ini dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap bisnis dan membantu proses branding sebagai perusahaan yang inovatif.
3. Mengurangi Biaya Operasional
QRIS dapat membantu bisnis mengurangi biaya operasional, seperti biaya pengelolaan uang tunai dan mesin EDC serta pengadaan karyawan untuk melayani transaksi pelanggan.
4. Mempermudah Pencatatan Transaksi
Transaksi QRIS tercatat secara digital, sehingga memudahkan bisnis untuk melakukan pencatatan dan analisis keuangan.
5. Meningkatkan Keamanan Transaksi
QRIS menggunakan sistem keamanan yang canggih sehingga transaksi jual beli dapat terekam secara otomatis. Selain itu, Bank Indonesia juga dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia secara aktif melakukan pengawasan terhadap penyelenggara QRIS untuk memastikan kepatuhan terhadap standar keamanan yang telah ditetapkan.
Bagaimana Sistem QRIS Bekerja
Cara kerja sistem QRIS tidak lepas dari penggunaan barcode atau QR Code untuk melakukan transaksi penjualan. Barcode ini terdiri dari dua metrik dimensi dengan tiga pola dengan bentuk persegi berwarna hitam
Pola ini menjadi kode media penyimpanan data dari para penggunanya yang berupa simbol, alfanumerik, atau berbagai jenis karaker huruf. Ketika pelanggan hendak melakukan pembayaran, barcode yang berisi data khusus dari merchant ini akan menjadi acuan untuk mengirimkan uang non tunainya.
Baca Juga : Komitmen SPE dalam Mendukung Pertumbuhan UMKM
Jenis Metode Pembayaran QRIS
QRIS menghadirkan dua metode pembayaran yang dikenal dengan sebutan Customer Presented Mode (CPM) dan Merchant Presented Mode (MPM). Keduanya memiliki karakteristiknya masing-masing, misalnya CPM menitikberatkan peran pelanggan untuk melakukan transaksi sedangkan MPM mengedepankan peran merchant atau pihak penjual. Perbedaan kedua jenis metode QRIS ini dapat dijabarkan secara sederhana sebagai berikut:
1. Merchant Presented Mode (MPM)
Pembeli menunjukkan kode QRIS kepada kasir.
Kasir memindai kode QRIS menggunakan scanner.
Pembeli memasukkan nominal pembayaran dan menyelesaikan transaksi.
2. Customer Presented Mode (CPM)
Pembeli membuka aplikasi dompet digital dan memilih menu "Scan QRIS".
Pembeli mengarahkan kamera smartphone ke kode QRIS yang tersedia di merchant.
Aplikasi akan menampilkan informasi merchant dan nominal pembayaran.
Pembeli memasukkan PIN atau menggunakan biometrik untuk verifikasi dan menyelesaikan transaksi.
Indonesia Menuju Cashless Society
Walaupun memiliki bentuk yang berbeda, QRIS dan Virtual Account memiliki prinsip yang nyaris sama. Keduanya juga bertujuan untuk menghantarkan Indonesia menuju cashless society dan menyuburkan ekosistem jual beli tanpa batas.
Dengan kehadiran fitur-fitur ini, pemilik bisnis dapat menghemat biaya operasional dan mengurangi potensi human-error perusahaan. Sementara bagi pelanggan, hal ini tentu menjadi angin segar karena transaksi pembayaran menjadi semakin efisien dan jauh dari resiko penipuan. Manfaat ini tentu dapat Anda raih dengan aktivasi fitur QRISAN Core QRIS dari SPE Solution. Daftarkan bisnis Anda sekarang juga!
Kommentarer